PRESTASI YONIF 300 RAIDER

PRESTASI YONIF 300 RAIDER

Cari Blog Ini

Daftar Blog Saya

YON 300 RAIDER BANJAR KADATON

Kamis, 14 Januari 2010

TUNGGUL YONIF 300 RAIDER BANJAR KADATON


1. Bintang Emas artinya

a. Simbolisasi kekuasaan tertinggi (bintang)yang didapat ataupun ditegakkan secara mulia(warna emas)

b. Simbolisasi Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Pohon bambu hitam dengan daun berwarna hijau adalah simbolisasi dari sesanti Ngaguyub sa awi wulung

3. Pendapa

a. Pendapa adalah simbolisasi dari Kadaton yaitu pusat negara / ibu kota negara yang menjadi ciri eksis nya suatu negara seperti bendera,lambang negara,dasar negara dan undang-undang negara.

b. Pendapa bergenteng merah bata merupakan simbolisasi kehidupan (warna merah) dari negara itu sendiri.

c. Tiang-tiang penyangga (tiang saka) dengan jenis-jenis yang berbeda tetapi semuanya terdiri dari kayu jati,yang dirangkai di dalam suatu sistem perencanaan bangunan rang rapih,teliti dan paripurna,sehingga mampu menopang dengan kukuh atap genteng berwarna merah bata. Kesemuanya ini merupakan simbolisasi kehidupan dari suatu negara seharusnya ditopang secara kukuh oleh jati diri-jati diri dari suku-suku bangsa yang membentuk bangsa itu sendiri. Simbolisasi ini juga menunjukan bahwa integritas nasional yang harmonis hanya bisa dibangun diatas nilai-nilai / jati diri sub nasional yang terpelihara secara baik.

d. Didalam tradisi kearifan sunda atau filsafat perennial sunda ,keseluruhan penjelasan dari simbolisasi ini dirangkum dalam kalimat "Ngahiji Sa Kai Jati".

4. Warna dasar kuning gading merupakan simbolisasi kesejahteraan,kemakmuran dan pemerataan. Dalam tradisi kearifan sunda atau filsafat perennial sunda , kondisi kesejahteraan, kemakmuran dan pemerataan yang "abadi" ini sering dilukiskan dengan pepatah : " Teu Ka Gedag Ku Angin Teu Ka Goyah Ku Bayu ".

5. Ruang-ruang putih dibawah atap dan diantara tiang-tiang penyangga, merupakan simbolisasi dari ruang-ruang hidup dan kehidupan rakyat dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. warna putih sebagaimana kepolosan , kejujuran merujuk pada primordialitas atau segala sesuatu yang merujuk pada primordialitas. Primordialitas adalah Fitrah , ia adalah hakikat manusia yang esensial dan normatif , tercipta dalam citra sang Pencipta. Setiap rakyat akan menjadi warga yang baik didalam suatu bangsa dan negara apabila ia mengenal hakikatnya sendiri sebagai manusia , bahwa ia dicipta sebagai mahluk yang hanif ( mahluk kebaikan yang berpembawaan asal/fitrah kebaikan dan kebenaran )

6. Bentuk Kadaton disini berupa sebuah bangunan tradisional yang sarat makna,bentuk arsitekturnya berbentuk joglo yang berasal dari kata-kata tajug loro (dua buah tajug/bangunan). Bentuk joglo tidaklah mutlak berasal dari arsitektur Jawa , karena aslinya berasal dari tradisi kearifan /filsafat perennial yang hidup dan berkembang di pulau Jawa dari Banten sampai ke Banyuwangi. Ia berkembang dan mengalami penyempurnaan dari sejak sebelum Kerajaan Salakanagara (Pandeglang) , Tarumanagara dan terus bergeser ke Banjar negara , Medang / Mataram Hindu zaman Mpu Sendok ( sekitar Dieng sekarang ), Kahuripan, Jenggala, dan Kediri di Jawa Timur , Singosari , Majapahit , Demak , Pajang , Mataram. Dengan demikian bangunan Joglo adalah milik bersama seluruh penduduk dan masyarakat yang hidup diatas pulau Jawa.

7. Bangunan Joglo (tajug loro) memiliki pengertian berasal dari dua buah bangunan tajug yang dipersatukan dengan menghilangkan bagian kepala dan digantikan dengan Balok Molo ( Sunda: Balok ,Mamala) atau nok yang memanjang. Persatuan dua bangunan tajug ( tajug loro/joglo ) mengandung makna bahwa ruang hidup dan kehidupan manusia senantiasa ( setiap saat ) adalah mendamaikan dua hal yang berlawanan, yang menurut logika tidak dapat dirukunkan ( tajug yang satu menghadap ke kiri dan yang lain ke kanan dan dihubungkan oleh balok Molo ( Sunda : mamala/bahaya/ancaman/gangguan ). Masalah kehidupan yang sebenarnya adalah politik, ekonomi, pendidikan, perkawinan, dan sebagainya. Selamanya adalah masalah mendamaikan atau merukunkan unsur-unsur berlawanan yang tidak ada pemecahannya. Masalah itu menuntut dari manusia bukan hanya untuk menggunakan seluruh daya pikirnya, tetapi juga seluruh pribadinya. Oleh karena itu didalam suatu tradisi kearifan/filsapat perennial dengan balok molo atau balok mamala/bahaya/ancaman/ gangguan dan balok ini diletakkan pada tempat yang tertinggi dari struktur bangunan tersebut. Kita baru akan berhasil mendamaikan atau merukunkan unsur-unsur berlawanan, bila kita memasukkan kedalam situasi itu suatu kekuatan yang termasuk dalam tingkat yang lebih tinggi yang melampaui unsur-unsur berlawanan yaitu kekuatan cinta kasih.

8. Bangunan Kadaton sebagai simbolisasi sebuah negara ditegakkan oleh banyak tiang jati yang dikenal dengan tiang saka , banyaknya tiang jati dengan ukuran yang berbeda-beda dan dengan fungsi yang berbeda-beda pula,menyimbolkan bahwa sebuah bangunan negara harus ditegakkan oleh berbagai jenis nilai-nilai luhur yang menjadi ciri dari tiap-tiap suku bangsa yang membentuk sebuah negara tersebut. Sebab integrasi nasional yang harmonis hanya bisa ditegakkan di atas akar-akar identitas lokal ( sub-nasional )yang terpelihara dengan baik.Disamping itu setiap nilai luhur memiliki ciri dan fungsi yang berbeda-beda pula ,akan tetapi seluruh nilai-nilai luhur harus bersatu berbagi beban menopang atap yang satu yaitu tatanan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang telah menjadi kesepakatan bersama.

9. Pembagian beban kepada berbagai jenis tiang saka, juga menentukan beratnya amanat yang harus dipikul serta dipertanggungjawabkan . Amanat menuntut tanggung jawab didalam pelaksanaannya, baik itu pertanggungjawaban di dunia maupun di akhirat nanti.

10. Tiang-tiang jati atau tiang-tiang saka membagi ruang-ruang kadaton kedalam beberapa jenis ruang dan masing-masing ruang memiliki atap yang berbeda sudut vertikalnya. Semua ini menyimbolkan tingkat kedudukan yang berbeda secara administrastif,menuntut kewajiban dan tanggungjawab yang berbeda. Dan tiap-tiap ruang menuntut penanganan yang berbeda pula.

a. Saka Santen ( 8 buah )

Diantara dua buah saka rawa yang paling tengah terdapat saka santen berukuran lebih kecil dan berbentuk bulat.Terdapat di empat penjuru angin berupa sepasang tiang sebagi jalan masuk keruang utama yang ditopang empat tiang saka guru. Santen = intisari/terpilih/elit. Hanya orang terpilih yang boleh melewati pintu-pintu saka santen. Bentuk bulat = bulatkan tekad.

b. Saka Guru ( 4 buah )

Merupakan empat tiang yang paling tengah. Ruang yang dibatasi oleh ke empat saka guru merupakan ruang pimpinan. Dari ruang inilah keteladanan atau suri tauladan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang baik harus ditampilkanoleh setiap pemimpin bangsa dan negara,sebagai guru bagi setiap warga negara. Setiap pemimpin bangsa dan negara yang terpilih harus secara tulus ikhlas membaktikan diri secara cerdas dengan tetap menempatkan welas asih ditempat tertinggi agar bangsa dan negara terhindar dari molo atau mamala/bahaya/ancaman/gangguan. Welas asih ini berfungsi seperti penangkal petir atau penangkal bahaya/ancaman/gangguan.

c. Saka Rawa ( 12 buah )

Merupakan 12 tiang penopang atap brunjung dan atap penanggap. Ruang dibawah kedua jenis atap ini yaitu yang dibatasi oleh 4 saka guru dan 12 saka rawa merupakan ruang yang labil ( ibarat rawa yang menjebak ) dan merupakan ruang yang diisi oleh arus utama (main stream) bangsa. Atap penanggap yang membentuk sudut 35 derajat menyimbolkan arus utama yang berada dibawah atap penanggap harus benar-benar mendapatkan pemahaman yang baik tentang ketentuan-ketentuan ilahi dan aturan/hukum yang bersifat tetap. Atap berujung yang membentuksudut 55 derajat menyimbolkan arus utama yang berada dibawah atap berujung harus benar-benar mentaati aturan/hukum yang berlaku/bersifat tetap. Dengan kata lain penegakan hukum disini tidak bisa ditawar lagi.

d. Saka Emper ( 20 buah )

Merupakan 20 tiang penopang atap emper. Ruang dibawah atap ini merupakan ruang yang dihuni kaum marginal ( wong cilik ) atau mereka yang terpinggirkan. Mereka harus ditangani secara benar-benar bijak dengan menerapkan sifat Ilahi. Dengan kata lainmereka hanya menurut kalau para pemimpin/pimpinan meneladankan sifat-sifat Ilahiah.

e. Saka Penitih ( 20 buah )

Merupakan 20 tiang penopang atap penitih,ruang dibawah atap ini diisi kaum dhuafa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar